Gunadarma link

Tugas

Rabu, 05 November 2014

Contoh Kasus BAB 2 Hakekat Manusia Dan Kebudayaan


BAB 2

Contoh Kasus Hakekat Manusia Dan Kebudayaan

Pertunjukan Angklung Para Siswa Jepang di Kobe Menuai Kagum


Pertunjukan musik angklung yang baik pasti menuai kekaguman para penonton karena harmonisasi set instrumen angklung yang memerlukan kekompakan para musisinya. Yang mengagumkan dari Konser Angklung ke-3 oleh organisasi Present Garden-to di Kobe pada tanggal 11 Mei 2013 adalah karena mayoritas pemain musiknya terdiri dari para siswa tunagrahita dari berbagai Sekolah Luar Biasa di Kota Kobe dan sekitarnya. Tidak hanya mampu memainkan alat musik angklung dengan kompak, para siswa pun tampak sangat menikmati memainkan angklung. Dalam konser 2 jam di Kobe Cultural Hall,  penampilan berbagai lagu dari genre klasik, latin, dan pop menghasilkan aplaus yang sangat meriah dari sekitar 800 orang yang memadati ruang konser.
Teriakan ‘Bravo!’ pun terdengar sesekali dari para penonton, seperti ketika para siswa selesai membawakan Nocturnes karya Chopin atau Moldave dari Smetana. Ketika membawakan Fur Elise (Beethoven), yang sengaja diaransemen dengan beat pop bersama iringan drum, para siswa pun tampak ikut bergerak mengikuti irama. Lagu Bengawan Solo dan Tsubasa wo kudasai sebagai finalĂ© konser, dimana para penonton diajak menyanyi bersama-sama.
Seusai acara, Ibu Yoshie Takano, pimpinan Present Garden-to sekaligus guru angklung mendampingi para siswa untuk menerima ucapan selamat dari para penonton. Kepada KBRI Tokyo, Ibu Takano menyampaikan bahwa angklung mampu menarik minat para siswa SLB untuk bermusik. “Kami mencoba berbagai alat musik, tapi ternyata angklung lah yang bisa membuat mereka senang dan mau bermusik,” ungkap Ibu Takano. Organisasi non-profit Present Garden-to membantu para siswa tunagrahita untuk beraktivitas di luar jam sekolah dengan menyediakan berbagai fasilitas, termasuk alat musik. Untuk konser ke-3 tersebut di atas, Present Garden-to juga mendapatkan dukungan penuh dari Konsulat Jenderal RI di Osaka.
(KBRI Tokyo/pen)

Opini :
Melihat contoh kasus diatas cukup menggambarkan bahwa manusia dan kebudayaan itu adalah dua hal yang saling berikatan satu sama lain. Kita dapat melihat bahwa kebudayaan Indonesia khususnya “angklung” telah mampu mendunia. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia yang beragam tidak boleh dipandang sebelah mata dan budaya Indonesia juga mampu tampil di pentas dunia, supaya masyarakat dunia tahu kebudayaan Indonesia yang beragam. Kita sebagai masyarakat Indonesia sudah sepatutnya untuk melestarikan budaya kita ini. Tidak hanya angklung tapi semua kebudayaan yang kita anggap kuno atau ketinggalan zaman ternyata oleh orang asing sangat disukai. Jangan sampai kebudayaan kita ini diklaim oleh Negara lain karena kita sendiri sebagai masyakarat tidak melestarikannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar