Gunadarma link

Tugas

Jumat, 05 Juni 2015

Tugas Softskill B.Inggris (Penulisan)

Islam, Makna dan Tujuan Hidup

            Dalam kehidupan manusia pasti mempunyai tujuan hidup masing-masing. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, presiden, gubernur dll. Tetapi itu hanyalah tujuan hidup yang semata-mata akan anda rasakan didunia saja. Itu hanya akan menjadikan “siapa anda ?” didunia ini. Terdapat dua proses perjalanan seseorang yaitu : 1. Kelahiran, yang bersifat duniawi. Dalam proses ini kita akan mengalami perubahan dalam kehidupan mulai dari dalam rahim sang ibu, setelah itu menjadi balita, kemudian anak-anak, masuk ke-TK, sd, smp, sma, kuliah, kerja (dalam proses ini kita harus bersungguh-sungguh bagaimana kita bertindak agar tercapai tujuan atau cita-cita kita di dunia tetapi ingat gelar atau jabatan tinggi anda hanya akan menjadikan “siapa anda?”. Akan ada saatnya masa tua bagi kita dan yang terakhir itu adalah kematian. Islam mengajarkan setiap yang bernyawa pasti semuanya akan menemui kematian. Seperti yang sering kita ucapkan “inalillahi wainaillahi’rojiun”, maknanya adalah adalah setiap yang bernyawa berasal dari-Nya maka suatu saat pasti akan kembali kepada tuhannya yaitu Allah S.W.T. Tak semua kematian datang pada orang tua/ orang yang sakit saja. Kematian bisa datang kapan dan dimana saja, karena syarat mati tak harus tua/sakit. Banyak pula yang menimpa remaja-remaja bahkan anak kecil sampai balitapun tak bisa terhindar dari ajal.
           
Setiap manusia harus sudah siap kapan dan dimanapun dalam menghadapi kematian. Tetapi banyak orang yang takut akan kematian. Apa yang menyebabkan mereka takut?. Ini adalah suatu permasalahan yang menyangkut “bagaimana kita bertindak?”. Jika dalam kehidupan kita sesuai dengan aturan-aturan agama, mungkin tidak aka nada ketakutan akan kematian. Fakta hidup dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Hidup sebagai beban, 2. Hidup sebagai pemderitaan, 3. Hidup sebagi ujian. Fakta hidup sebagi beban atau banyak dirasakan oleh banyak orang. Karena segala sesuatu pasti ada masalahnya semua tergantung pada kita yang menyikapinya. Sama halnya dengan fakta bahwa hidup adalah sebuah penderitaan, dikarenakan masalah/ cobaan yang datang bertubi-tubi, beban pikiran akan pekerjaan, masalah ekonomi juga terkadang membuat seseorang berpikir bahwa hidup adalah sebuah beban atau penderitaan. Tetapi fakta hidup yang menyatakan bahwa hidup adalah sebuah ujian adalah benar adanya. Karena untuk mengetahui derajat hambanya pasti Tuhan akan mengujinya dengan berbagai masalah, yang tentunya tak akan melebihi batas kemampuan hambanya. Setiap manusia pasti tak luput dari ujian yang diberikan olehnya. Intinya beban/penderitaan/ujian itu tergantung kepada kita yang merasakannya. Jika yakin bahwa hidup itu adalah ujian maka tidak aka nada merasakan hidup itu sebagai beban/penderitaan. Seseorang akan senantiasa bahagia dalam menjalani kehidupannya bagaimanapun juga.
           
Dalam menanggapi kehidupannya orang dibedakan menjadi: 1. orang yang optimis, yaitu seseorang yang menganggap atau mempunyai pikirian bahwa hidup itu bernilai meskipun banyaknya ujian yang menerpa. Perilaku optimis jika tidak sesuai dengan aturan agama akan membangun sifat yang optimis tetapi tidak mempercayai akan adanya kematian/ kehidupan setelah mati. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi tujuannya meskipun menggunakan cara buruk sekalipun. Cara agar tetap optimis adalah dengan terus menerus memproses hidup menjadi bermakna. Sebagai contoh orang yang membangun sifat optimis dengan tidak disertai aturan agama adalah Firaun, Hitler, Musollinin. Sedangkan orang yang membangun sifat optimis dengan berdasarkan agama adalah nabi, pastur, kepala suku dll. 2. Orang yang pesimis, atau menganggap bahwa hidup itu sebagai penderitaan dan tidak bermakna sama sekalin. Orang yang termasuk kedalam kategori pesimis ini akan menganggap bahwa kematian itu lebih berharga/lebih baik.
           
Hal yang paling penting dari makna hidup adalah kepuasan batin. Dengan cara ikhlas, sabar, tawakal dan jujur akan mengubah pemikiran penderitaan menjadi sebuah kebahagiaan. Dengan segala hal yang telah kita persiapkan akan menjadikan kita siap ketika ingin dipanggil oleh yang maha kuasa. Syarat terpenting adalah bagaimana tindakan atau perbuatan kita saat didunia apakah bermanfaat atau tidak bagi orang lain. Dalam memulai sesuatu kita perlu niat(nawaitu), setelah segala macam perbuatan maka yang tak kalah penting adalah doa. Bagaimanapun juga kita harus meminta hanya kepada-Nya dan pasrah akan yang ia berikan. Terkadang manusia sering dilanda perasaan galau. Galau sendiri ada yang berasal dari dalam diri sendiri dan ada yang berasal dari luar. Penyebabnya adalah amal ibadahnya dan traumatik. Ketika kita jauh dari-Nya akan menyebabkan kegalauan.
           
Kunci dari tujuan hidup menjadi bermakna adalah seseorang harus membangun kesadaran bahwa hidup itu semata-mata ujian bukan penderitaan. Agar senantiasa bahagia dalam mengahadapi berbagai cobaan hidup dan menjadikan hidup lebih bermakna dengan amalan solehah, niat, ikhlas, sabar, tawakal dan jujur adalah kunci utamanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar