Senin, 10 April 2017

Tugas2_Etika Bisnis

Pengalaman Positif Transaksi Online : Membeli obat brewok di Master Brewok
(Berdasarkan pengalaman penulis sendiri)

Sekitar 3  bulan yang lalu tepatnya pada bulan Januari 2017 harinya saya kurang ingat, saya pernah membeli produk online yaitu produk Master Brewok. Jelas sekali seperti nama produknya yaitu produk untuk menumbuhkan brewok atau kumis pada laki-laki. Awalnya saya tidak tertarik dengan produk ini tetapi dikarenakan kumis yang ada pada saya terlihat kurang atau tidak ada jadi saya tertarik untuk mencobanya. Karena hakikatnya laki-laki gentle itu dilihat dari kumis atau brewoknya menurut saya hehe.

Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari penjual obat penumbuh brewok ini, dikarenakan susahnya mencari penjual obat ini (tak banyak) yang menjual produknya secara langsung seperti Outlet atau took maka saya mencarinya melalui instagram. Di instagram banyak sekali akun yang menjual obat ini tinggal search langsung keluar beberapa akun. Dalam mencari penjual obat online ini saya tidak terlalu kesulitan karena saya direkomendasikan oleh teman saya untuk membeli di akun online Master Brewok akhirnya saya putuskan untuk membeli obat brewok ini di Master Brewok. Padahal masi banyak akun website yang mungkin trusted juga tapi saya memilih Master Brewok.

Dari segi Informasi yang diberikan oleh akun Master Brewok :
Sangat mudah dicari melalui instagram, website, dan akun-akun sperli line dll. Banyak informasi yang diberikan seperti :
-       Cara menggunakan Produk
-       Cara pemesanan
-       Cara untuk pembayaran
-       Dan ketentuan lainnya
Hal ini sangat membantu buyer untuk memilih produk dan mengetahui cara bagaimana untuk dapat membeli produk tersebut. Terlebih saya kurang percaya dalam bertransaksi online karena banyak kasus penipuan dll. Lanjut setelah say melihat IG dari akun Master Brewok sudah banyak yang membeli produknya dilihat dari testimoni yang ditunjukan, dan akirnya saya pun taun produk mana yang akan saya beli. Produk yang saya beli adalah Vitamin dan Minoxidil Cair seharga -+ Rp 300.000 terbilang cukup mahal ya untuk produk obat membeuat saya semakin penasaran tetapi juga takut kena tipu wkwkwk.

Setelah tau produk apa yang akan dipesan hal kedua adalah bagaimana cara memesan produk tersebut, untuk pemesanan ada 2 pilihan yaitu melalui website dan akun line yang semuanya terintegrasi. Saya memilih untuk menggunakan line karena saya juga pengguna line. Saya tambahkan id nya lalu saya melakukan pemesanan yang disertai pertanyaaan yang saya ajukan kepada penjualnya, setelah yakin akhirnya saya diberitahukan total biaya oleh sang penjual dan harus dibayarkan melalui transfer ATM dan dia berikan nomor rekeningnya seberta nama yang dituju.

Segi keamanan:
Menurut saya kurang membuat pembeli yakin karena prosesnya adalah sipembeli atau saya harus TF uang terlebih dulu baru akan dikirim barangnya. Istilah katanya mah “ada uang ada barang”. Tapi kebanyakan akun penjual lain juga prosesnya seperti ini karena penjual juga tidak ingin rugi. Intinya sama-sama tidak ingin resiko dan rugi. Setelah diberi nomor rekening, saya pun langsung melakukan pembayaran via ATM dengan nominal yang ditentukan. Setelah itu bukti atau tanda TF harus difoto agar penjual tau siapa yang sudah membayar dan barang bisa langsung ia kirim. Setelah TF dan cetak bukti Tf lalu saya kirim bukti TF saya kepada penjual melalui Line. Setelah itu barulah penjula menanyakan tujuan atau alamat lengkap saya untuk dikirimkannya barang tersebut. Sebetulnya dari awal saya sudah disuruh mengisi alamat lengkap tetapi penjual menanyakan lagi untuk memastikan. Sayapun mengisinya dengan lengkap lalu saya kirim. Penjual sangat fast respon membuat saya yakin dalam bertransaksi. Setelah itu Resi JNE saya diberitahukan. Jadi pengiriman barang online itu menggunakan kurir atau jasa pengiriman seperti JNE, TIKI, POS, dll. Nah kebetulan yang dipakai untuk mengirim adalah JNE jadi saya diberikan resi JNE say oleh penjual  keesokan harinya. Karena saya pesan malam hari. Cukup cepat juga pelayanannya bukan?

Setelah resi diberikan hal yang paling ditunggu adalah menuggu barang samapai sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh penjual. Penjual menyebutkan untuk pengiriman sekitar 2-3 hari setelah diberikan ke JNE. Jadi saya harus cukup sabar untuk menunggu, 1 hari berselang saya sudah tak sabar, dan saya takut kena tipu takut barang tidak sampai. Tapi dengan adanya RESI JNE kita sebagai buyer dapat mengecek di website JNE resi kita apakah sudah dikirim atau tidak. Untungnya pas saya cek RESI saya benar dan saya semakin percaya. Barulah setelah hari ke-2 barangpun sampai dialamat rumah saya dengan keadaaan terbungkus rapi. Kemudiaan saya buka sesuai dengan apa yang saya pesan.

Ini adalah pengalaman transaksi online saya yang ke-2 dan menurut saya transaksi inilah yang paling membuat saya puas dan percaya karena dari segi pelayanan dan ketepatan waktu pengiriman semuanya dilakukan dengan baik. Ditambah dengan informasi mengenai penjua dan produknya yang sangat mudah dicari jadi lebih membuat saya percaya dan puas. Adanya kemudahan transaksi jual beli online ini sangat membantu konsumen maupun produsen, tetapi perlu kehati-hatian dalam membeli agar tidak terjadi tindak penipuan.

Terimakasih.


Tulisan1_Etika Bisnis

Contoh Cyber Crime di Indonesia : Sultan Haikal, Hacker Indonesia yang Membuat Rugi Perusahaan Tiket dan Maskapai Milyaran Rupiah Akhirnya Ditangkap.

Cybercrime, Jakarta. Dunia internet tanah air kembali dihebohkan dengan topik tertangkapnya pelaku cybercrime (kejahatan dunia maya). Tim Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri berhasil menangkap salah satu pelaku tindak kejahatan dunia maya terhadap pembobolan dan pencurian data terhadap perusahaan tiket.com dan maskapai penerbangan citilink. Pelaku berinisial SH (Sultan Haikal) alias Haikal ditangkap di kawasan Rempoa, Tangerang pada 29 Maret 2017.
Seperti dilansir inet-detik, “Tersangka SH alias Haikal adalah otaknya. Dia melakukan ilegal akses server Citilink dengan menggunakan user name dan password milik travel agen Tiket.com dengan tujuan untuk mendapatkan kode booking tiket pesawat” ujar Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Fadil Imran kepada detikcom, Kamis (30/3/2017).
Menurut keterangan polisi pelaku menjual tiket melalui sosial media facebook, bahkan dengan rate harga yang jauh di bawah normal.
Atas tindakan pelaku, perusahaan tiket dan maskapai ditaksir mengalami kerugian mencapai Rp 4 miliar lebih. Hingga saat berita ini diterbitkan polisi juga telah berhasil menangkap beberapa orang pelaku lainnya yang terlibat dalam aksi cybercrime ini, termasuk para “pengencer” tiket yang membantu Sultan Haikal.
Polisi juga terus melakukan penyelidikan untuk mendapatkan informasi lebih banyak untuk menangkap jaringan serupa. Diduga masih banyak jaringan lainnya yang beraksi dengan metode yang sama.

Sultan Haikal aktif dalam berbagai kegiatan cyber crime lainnya.

Menurut informasi, Sultan Haikal, Pria yang hanya menempuh jenjang pendidikan hingga SMP ini, mempelajari teknik hacking melalui otodidak di internet. SH juga aktif dalam berbagai kegiatan hacking di dunia maya selain seperti carding, defacing, dan berbagai protes cyber. Melihat data dari akun pribadi SH di situs zone-h.org, SH sudah melakukan aktifitas peretasan terhadap empat ribu lebih situs. Dia juga dikenal aktif dan senior dalam kelompok yang menamakan diri Gantengers Crew. Kelompok mereka juga telah banyak melakukan aktifitas defacing terhadap situs luar negeri, maupun lokal, seperti situs berita nasional, sekolah, dan pemerintahan.

Kesimpulan dari contoh kasus cyber crime menurut pendapat saya :
SH (Sultan Haikal) seorang lulusan SMP yang berprofesi sebagai hacker telah ditangkap oleh Tim Direktoral Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri karena telah terbukti melakukkan pembobolan terhadap perusahaan tiket dan maskapai penerbangan. Kerugiaan ditaksir mencapai 4 Milyar Rupiah. Kasus ini masih terus diselidiki karena masih banyak bawahan Haikal yang masi belum tertangkap yang membantu mejual tiket-tiket online itu melalui facebook.

Opini saya:
Kasus Cyber Crime yang terjadi di Indonesia telah berulang kali terjadi dan sangat merugikan Negara ataupun perusahaan, pelaku rata-rata masih berusia muda dalam rentan <30 tahun. Kurangnya pengawasan dan faktor keterbatasan keuanganan membuat kasus seperti ini marak terjadi. Seharusnya pihak perusahaan dapat lebih meningkatkan pengamanannya agar tidak mudah diretas oleh para hacker dan pemerintah dapat lebih melakukan pengawasan. Melihat kasus ini dan para pelakunya saya merasa ada potensi yang besar dalam bidang IT pada anak-anak Indonesia kaena hanya dengan belajar otodidak anak-anak atau pelaku ini dapat menguasai teknik hacker. Mungkin jika lebih diawasi dan diberikan wadah atau saluran tempat mereka untuk mengembangkan hobby nya para pelaku ini mungkin sangat berguna untuk pemerintahan. Contoh: Dilakukkan training kepada para hacker yang bertugas mengamankan akun-akun negara dan membantu negara dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan.





Follow us on FB :P