Islam,
Makna dan Tujuan Hidup
Dalam
kehidupan manusia pasti mempunyai tujuan hidup masing-masing. Ada yang ingin
menjadi dokter, polisi, presiden, gubernur dll. Tetapi itu hanyalah tujuan
hidup yang semata-mata akan anda rasakan didunia saja. Itu hanya akan
menjadikan “siapa anda ?” didunia ini. Terdapat dua proses perjalanan seseorang
yaitu : 1. Kelahiran, yang bersifat duniawi. Dalam proses ini kita akan
mengalami perubahan dalam kehidupan mulai dari dalam rahim sang ibu, setelah
itu menjadi balita, kemudian anak-anak, masuk ke-TK, sd, smp, sma, kuliah,
kerja (dalam proses ini kita harus bersungguh-sungguh bagaimana kita bertindak
agar tercapai tujuan atau cita-cita kita di dunia tetapi ingat gelar atau
jabatan tinggi anda hanya akan menjadikan “siapa anda?”. Akan ada saatnya masa
tua bagi kita dan yang terakhir itu adalah kematian. Islam mengajarkan setiap
yang bernyawa pasti semuanya akan menemui kematian. Seperti yang sering kita
ucapkan “inalillahi wainaillahi’rojiun”, maknanya adalah adalah setiap yang
bernyawa berasal dari-Nya maka suatu saat pasti akan kembali kepada tuhannya
yaitu Allah S.W.T. Tak semua kematian datang pada orang tua/ orang yang sakit
saja. Kematian bisa datang kapan dan dimana saja, karena syarat mati tak harus
tua/sakit. Banyak pula yang menimpa remaja-remaja bahkan anak kecil sampai
balitapun tak bisa terhindar dari ajal.
Setiap manusia harus
sudah siap kapan dan dimanapun dalam menghadapi kematian. Tetapi banyak orang
yang takut akan kematian. Apa yang menyebabkan mereka takut?. Ini adalah suatu
permasalahan yang menyangkut “bagaimana kita bertindak?”. Jika dalam kehidupan
kita sesuai dengan aturan-aturan agama, mungkin tidak aka nada ketakutan akan
kematian. Fakta hidup dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Hidup sebagai beban,
2. Hidup sebagai pemderitaan, 3. Hidup sebagi ujian. Fakta hidup sebagi beban
atau banyak dirasakan oleh banyak orang. Karena segala sesuatu pasti ada
masalahnya semua tergantung pada kita yang menyikapinya. Sama halnya dengan
fakta bahwa hidup adalah sebuah penderitaan, dikarenakan masalah/ cobaan yang
datang bertubi-tubi, beban pikiran akan pekerjaan, masalah ekonomi juga
terkadang membuat seseorang berpikir bahwa hidup adalah sebuah beban atau
penderitaan. Tetapi fakta hidup yang menyatakan bahwa hidup adalah sebuah ujian
adalah benar adanya. Karena untuk mengetahui derajat hambanya pasti Tuhan akan
mengujinya dengan berbagai masalah, yang tentunya tak akan melebihi batas kemampuan
hambanya. Setiap manusia pasti tak luput dari ujian yang diberikan olehnya.
Intinya beban/penderitaan/ujian itu tergantung kepada kita yang merasakannya.
Jika yakin bahwa hidup itu adalah ujian maka tidak aka nada merasakan hidup itu
sebagai beban/penderitaan. Seseorang akan senantiasa bahagia dalam menjalani
kehidupannya bagaimanapun juga.
Dalam menanggapi
kehidupannya orang dibedakan menjadi: 1. orang yang optimis, yaitu seseorang
yang menganggap atau mempunyai pikirian bahwa hidup itu bernilai meskipun
banyaknya ujian yang menerpa. Perilaku optimis jika tidak sesuai dengan aturan
agama akan membangun sifat yang optimis tetapi tidak mempercayai akan adanya
kematian/ kehidupan setelah mati. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi tujuannya meskipun menggunakan cara buruk sekalipun. Cara agar tetap
optimis adalah dengan terus menerus memproses hidup menjadi bermakna. Sebagai
contoh orang yang membangun sifat optimis dengan tidak disertai aturan agama
adalah Firaun, Hitler, Musollinin. Sedangkan orang yang membangun sifat optimis
dengan berdasarkan agama adalah nabi, pastur, kepala suku dll. 2. Orang yang
pesimis, atau menganggap bahwa hidup itu sebagai penderitaan dan tidak bermakna
sama sekalin. Orang yang termasuk kedalam kategori pesimis ini akan menganggap
bahwa kematian itu lebih berharga/lebih baik.
Hal yang paling penting
dari makna hidup adalah kepuasan batin. Dengan cara ikhlas, sabar, tawakal dan
jujur akan mengubah pemikiran penderitaan menjadi sebuah kebahagiaan. Dengan
segala hal yang telah kita persiapkan akan menjadikan kita siap ketika ingin
dipanggil oleh yang maha kuasa. Syarat terpenting adalah bagaimana tindakan
atau perbuatan kita saat didunia apakah bermanfaat atau tidak bagi orang lain.
Dalam memulai sesuatu kita perlu niat(nawaitu), setelah segala macam perbuatan
maka yang tak kalah penting adalah doa. Bagaimanapun juga kita harus meminta
hanya kepada-Nya dan pasrah akan yang ia berikan. Terkadang manusia sering
dilanda perasaan galau. Galau sendiri ada yang berasal dari dalam diri sendiri
dan ada yang berasal dari luar. Penyebabnya adalah amal ibadahnya dan
traumatik. Ketika kita jauh dari-Nya akan menyebabkan kegalauan.
Kunci dari tujuan hidup
menjadi bermakna adalah seseorang harus membangun kesadaran bahwa hidup itu
semata-mata ujian bukan penderitaan. Agar senantiasa bahagia dalam mengahadapi
berbagai cobaan hidup dan menjadikan hidup lebih bermakna dengan amalan
solehah, niat, ikhlas, sabar, tawakal dan jujur adalah kunci utamanya.