Bunuh Anak Kandung dan Kubur di
"Septic Tank", Apa Alasan Sang Ibu?
JEMBER,
KOMPAS.com —
Emosi, itulah penyebab Sl (38), seorang ibu kandung warga Desa Yosorati,
Kecamatan Sumberbaru, Jember, Jawa Timur, yang tega membunuh anak kandungnya,
Iin (20), dua tahun silam, tanggal 9 Juli 2012.
Peristiwa itu bermula
saat Iin yang mengalami keterbelakangan mental baru saja makan dan makan lagi.
Mengetahui anaknya menambah makan, Sl kemudian memarahi Iin. "Karena makan
lagi, saya marahi dia," kata Sl sambil menangis, Selasa (5/8/2014).
Kemarahan tersebut
semakin menjadi ketika Iin menjatuhkan piring yang berisi nasi hingga pecah.
"Saya waktu itu sudah emosi dan memukulnya dua kali di bagian kepala
dengan menggunakan sandal," kata dia dengan nada menyesal.
Saat itu, Iin langsung
jatuh seperti orang pingsan sambil menggigit lidahnya. Melihat anaknya ambruk,
Sl kemudian membawa dia ke dalam kamar dan kemudian mengunci kamar itu dari
luar.
"Kami tidak
memercayai begitu saja pengakuan Sl sebab berdasarkan pengakuan Solihin, anak
Sl lainnya, korban dipukul dengan sebuah benda tumpul, yakni alat untuk
menumbuk padi. Untuk itu, kami masih dalami kasus dugaan pembunuhan ini,"
kata Kepala Polsek Sumberbaru AKP Saidi.
Sebelumnya, setelah pemeriksaan
mendalam, Sl akhirnya mengakui jika anaknya dimasukkan ke dalam septic tank seusai dibunuh. Sebelum
dikubur di dalam septic tank,
korban sempat disimpan di dalam kamar selama kurang lebih 15 jam lamanya.
Peristiwa menggemparkan
itu terungkap setelah adik Iin, Solihin (9), menceritakan kronologi kejadian
kepada kakeknya. Kini, kasus dugaan pembunuhan tersebut masih terus didalami
oleh polisi, termasuk menelusuri apakah dalam aksi ini Sl melibatkan orang
lain.
Opini
:
Sungguh miris sekali
dengan contoh kasus kriminal diatas dengan teori kasih yang telah dipaparkan.
Memang tidak dapat dipungkiri kenyataan akan kasus seperti ini sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Unsur cinta kasih ini sangat penting sekali
perannya didalam keluarga karena dengan adanya cinta kasih yang tulus tidak
akan terjadi kejadian / kasus-kasus seperti ini. Menurut
saya dengan begini membuktikan bahwa Cinta Kasih bisa menjadi suatu preventif
akan kriminalisasi yang dipelajari dalam IBD sebagai usaha manusia untuk menjadi
kaum humanis yang berperikemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar